MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pasien dengan pengguna
PACE MAKER
Disusun
Oleh:
Aena Awalin
Eko Andriantoro
Siti Anisa
Novita devi
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM
SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015/2016
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system kardiovaskuler yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. System kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan keadaan darah yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pengaturan yang menyalurkan oksigen serta nutrisi keseluruh tubuh. Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguan terutama jantung maka akan mengganggu semua system tubuh. Aritmia atau Disritmia merupakan salah satu ganguan dari system kardiovaskuler. Aritmia atau Disritmia adalah tidak teraturnya irama jangtung. Aritmia atau disritmia disebabkan karena terganggunya mekanisme pembentukan impuls dan konduksi.hal ini termasuk tergangunya system syaraf. Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang merupakan retensi dalam pengobatan. Salah satu terapi pada aritmia atau disritmia adalah dengan menggunakan Terapi mekanis Pace Maker atau bisa di sebut Alat pacu jantung.
B. TUJUAN
1. Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan pasien dengan pacemaker
2. Khusus
-
Mahasiswa
mampu untuk menjelaskan definisi pacemaker ,
-
Mahasiswa
mampu untuk menjelaskan klasifikasi
-
Mahasiswa
mampu untuk menjelaskan Manifestasi klinis
-
Mahasiswa
mampu untuk menjelaskan indikasi pemasangan pacemaker
-
Mahasiswa
mampu untuk menjelaskan komplikasi pasien dng pacemaker
- Mahasiswa
mampu untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dngn
pacemaker
BAB
II
KONSEP
DASAR MEDIS
A.
DEFINISI
Pacemaker
adalah alat pacu detak jantung dan langsung mengontrol detak jantung.
Kontraksi jantung (cardiac) otot pada manusia , alat
mekanis yang disebut alat pacu jantung buatan (atau hanya "alat
pacu jantung") dapat digunakan setelah kerusakan pada sistem konduksi
intrinsik tubuh untuk menghasilkan impuls sintetis (Shadily, 2014)
Simpul sinoatrial ( SA
node ) adalah sekelompok sel ditempatkan pada dinding atrium
kanan, dekat pintu masuk vena
kava superior. Sel-sel ini diubah kardiomiosit.
Mereka memiliki filamen kontraktil dasar, namun kontraksinya relatif
lemah. Sel-sel dalam SA node secara spontan berdepolarisasi ,
sehingga kontraksi sekitar 100 kali per menit. Tingkat asli ini terus
dimodifikasi oleh aktivitas simpatis dan parasimpatis serat
saraf, sehingga tingkat jantung istirahat rata-rata pada manusia dewasa adalah
sekitar 70 denyut per menit. Karena simpul sinoatrial bertanggung
jawab untuk sisa aktivitas listrik jantung, kadang-kadang disebut alat
pacu jantung utama. (Campbell, 2006)
Fungsi pacemaker yaitu :
1.
Mempercepat irama jantung yang lambat.
2. Membantu mengendalikan irama jantung abnormal atau cepat.
3. Pastikan kontrak ventrikel normal jika atrium yang bergetar bukan pemukulan dengan irama normal (kondisi yang disebut atrial fibrilasi ).
4. Mengkoordinasikan sinyal listrik antara bilik atas dan bawah dari jantung.
5. Mengkoordinasikan sinyal listrik antara ventrikel. Alat pacu jantung yang melakukan ini disebut terapi sinkronisasi jantung (CRT) perangkat. perangkat CRT digunakan untuk mengobati gagal jantung .
6. Mencegah aritmia berbahaya yang disebabkan oleh kelainan yang disebut sindrom QT panjang .
7. Alat pacu jantung juga dapat memonitor dan merekam aktivitas listrik jantung Anda dan irama jantung.
8. Alat pacu jantung baru dapat memonitor suhu darah, kecepatan napas, dan faktor lain dan menyesuaikan detak jantung Anda untuk perubahan dalam aktivitas Anda.
2. Membantu mengendalikan irama jantung abnormal atau cepat.
3. Pastikan kontrak ventrikel normal jika atrium yang bergetar bukan pemukulan dengan irama normal (kondisi yang disebut atrial fibrilasi ).
4. Mengkoordinasikan sinyal listrik antara bilik atas dan bawah dari jantung.
5. Mengkoordinasikan sinyal listrik antara ventrikel. Alat pacu jantung yang melakukan ini disebut terapi sinkronisasi jantung (CRT) perangkat. perangkat CRT digunakan untuk mengobati gagal jantung .
6. Mencegah aritmia berbahaya yang disebabkan oleh kelainan yang disebut sindrom QT panjang .
7. Alat pacu jantung juga dapat memonitor dan merekam aktivitas listrik jantung Anda dan irama jantung.
8. Alat pacu jantung baru dapat memonitor suhu darah, kecepatan napas, dan faktor lain dan menyesuaikan detak jantung Anda untuk perubahan dalam aktivitas Anda.
B. KLASIFIKASI
Alat pacemaker terdiri dari :
·
Transvenous pacing (temporary pacemaker)
temporary pacemaker adalah suatu
alat pacu jantung sementara dimana kawat atau elektrode pacu jantung dimasukan
melalui vena (pembuluh darah balik) biasanya melalui vena femoralis/ vena
jugularis/ vena subclavia menuju atrium atau ventrikel kanan. Sedangkan
generatornya ditempatkan diluar dan bersifat sementara.
·
Permanent pacemaker
Pacujantung menetap adalah suatu
alat medis yang ditanam dalam tubuh pasien beruapa kawat pacing yang ditanam
dalam satu ruang atau beberapa ruang jantung melalui vena yang tepat dan
dihubungkan generator dari pacu jantung tersebut yang ditanam dibawah kulit
atau otot dada kanan atau kiri. Ada beberapa tipe dari pacu jantung permanen, yaitu :
Single-chamber
pacemaker. Pada tipe ini kawat pacing hanya ada satu yang akan ditempatkan
disalah satu ruang jantung yaitu atrium(serambi) atau ventrikel(bilik).
Dual-chamber
pacemaker. Disini kawat pacing yang akan ditempatkan ada 2, satu ditempatkan
di atrium dan satu di ventrikel. Tipe ini lebih fisiologis atau lebih mirip
dengan cara kerja pacu jantung orang yang sehat dengan adanya koordinasi
pemacuan antara atrium dan ventrikel.
Rate-responsive
pacemaker. Pacemaker tipe ini mempunyai sensor yang bisa mendeteksi
aktifitas fisik pasien dan secara otomatis akan mengatur frekwensi kecepatan
pemacuan sesuai dengan kebutuhan metabolisme pasien.
·
Biventricular pacing atau Cardiac resyncronization therapy (BVP/CRT).
Adalah suatu pacemaker generasi baru dengan 3
kawat pacu yang akan dipasang yaitu ditempatkan di atrium kanan, ventrikel kanan dan ventrikel kiri
melalui sinus coronarius.
C.
MANIFESTASI KLINIS
1. Perubahan tekanan darah (
hipertensi atau hipotensi ), nadi tidak teratur, irama jantung tidak teratur,
kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluan urin menurun bila curah
jantung menurut berat.
2. Syncape, pusing, disorientasi,
letargi perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat,
gelisah.
4. Nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan atau kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan ( krekels, ronki,
mengi ) menunjukkan adanya komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung
kiri ( edema paru ) atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
5. Demam, kemerahan kulit ( reaksi
obat ), inflamasi, eritema, edema, kehilngan fonus otot/kekuatan.
D.
INDIKASI
Kemungkinan alat pacu jantung Anda berhenti berfungsi
sebagaimana mestinya akibat gangguan elektrik sangatlah kecil. Akan tetapi,
sebaiknya Anda tetap mengambil beberapa tindakan pencegahan yaitu:
·
Telepon genggam. Berbicara
melalui telepon genggam cukup aman, akan tetapi hindari menaruh telepon genggam
Anda secara langsung dekat dengan tempat pemasangan alat pacu jantung Anda
ketika telepon dinyalakan. Meskipun jarang terjadi, alat pacu jantung Anda
dapat salah menginterpretasi sinyal telepon genggam sebagai suatu denyut
jantung dan menahan pacu, yang menimbulkan gejala seperti kelelahan mendadak.
·
Sistem keamanan. Melewati detektor metal di airport tidak akan mengganggu alat pacu jantung
Anda, meskipun metal di dalamnya dapat membunyikan alarm. Namun hindari berada
di dekat atau bersandar pada sistem deteksi metal. Apabila petugas keamanan
bersikeras menggunakan detektor metal, beritahukan kepada mereka untuk tidak
meletakkan alat tersebut di dekat alat pacu jantung Anda lebih lama dari yang
diperlukan atau tanyakan bentuk alternatif dari pencarian pribadi. Untuk
menghindari masalah yang dapat mengganggu, bawalah identitas yang menyatakan
bahwa Anda menggunakan alat pacu jantung.
·
Peralatan medis. Apabila
dokter lain mempertimbangkan tindakan medis apapun yang melibatkan paparan
intensif terhadap energi elektromagnetik, beritahukan kepadanya bahwa Anda
memakai alat pacu jantung. Tindakan seperti magnetic resonance
imaging (MRI), radioterapi untuk pengobatan kanker, dan shock
wave lithotripsy, yang menggunakan gelombang shock untuk menghancurkan batu
ginjal atau batu empedu yang besar.Apabila Anda akan menjalani operasi,
tindakan untuk mengontrol perdarahan (elektrokauter) juga dapat mengganggu
fungsi alat pacu jantung.
·
Peralatan yang membutuhkan energi (power-generating equipment). Berdiri sedikitnya 60 cm dari
peralatan las, sistem bertegangan tinggi, atau sistem generator. Apabila Anda
bekerja di sekitar peralatan tersebut, Dokter Kami akan mengatur suatu tes di
tempat kerja Anda untuk menentukan apakah tempat kerja Anda akan mempengaruhi
alat pacu jantung Anda.
Alat-alat yang tidak terlalu
mempengaruhi alat pacu jantung Anda antara lain oven microwave, televisi,
remote control, radio, pemanggang roti, selimut elektrik, alat
cukur listrikdan bor listrik.
E. KOMPLIKASI PACEMAKER
Komplikasi
yang mungkin terjadi dari operasi pemasangan alat pacu jantung Anda sangat
jarang, namun dapat juga terjadi:
A.
Infeksi pada tempat dimana alat pacu jantung dipasang.
B.
Reaksi alergi terhadap kontras atau obat bius selama tindakan.
C.
Bengkak, memar, atau perdarahan pada lokasi generator,
terutama apabila Anda sedang mengkonsumsi pengencer darah.
D.
Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf Anda yang berada di
dekat alat pacu jantung.
E.
Kolaps paru.
F.
Tusukan pada otot jantung Anda, yang dapat menjadi sumber
perdarahan dalam selaput jantung Anda dan mungkin dapat membutuhkan penanganan
segera.
G.
Komplikasi yang mengancam nyawa sangat jarang terjadi.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PACEMAKER
A. Pengkajian
1. Pola penatalaksanaan kesehatan
/ persepsi sehat
- Pola sehat
– sejahtera yang dirasakan
- Pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan
dengan sehat
- Pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif
- Ketaatan pada ketentuan media dan keperawatan
2. Pola nutrisi – metabolik
- Pola makan biasa dan masukan cairan
- Tipe makanan dan cairan
- Peningkatan / penurunan berat badan
- Nafsu makan, pilihan makanan
3. Pola
eliminasi
- Defekasi, berkemih
- Penggunaan alat bantu
- Penggunaan obat-obatan
4. Pola aktivitas – latihan
- Pola aktivitas, latihan dan rekreasi
- Kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari
(merawat diri, bekerja, dll)
5. Pola tidur dan istirahat
- Pola tidur – istirahat dalam 24 jam
- Kualitas dan kuantitas tidur
6. Pola kognitif – perseptual – keadekuatan
alat sensori
- Penglihatan, perasa, pembau
- Kemampuan bahasa, belajar, ingatan dan pembuatan
keputusan
7. Pola persepsi-konsep diri
- Sikap klien mengenai dirinya
- Persepsi klien tentang kemampuannya
- Pola emosional
- Citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri
dan peran diri
8. Pola peran dan tanggung
jawab
- Persepsi klien tantang pola hubungan
- Persepsi klien tentang peran dan tanggung jawab
9. Pola seksual –
reproduksi
- Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan klien
terhadap seksualitasnya
- Tahap dan pola reproduksi
10. Pola koping dan toleransi stress
- Kemampuan mengendalian stress
- Sumber pendukung
11. Pola nilai dan keyakinan
- Nilai, tujuan dan keyakinan
- Spiritual
- Konflik
(http://bangeud.blogspot.co.id/2011/01/pola-fungsional-gordon-nanda-nic-noc.html)
B.
Diagnosa
keperawatan
1. Risiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan konduksi
elektrik miokard, penurunan kontraktilitas miokard.
2. Risiko
terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tentang program terapi, program aktivitas, serta
tanda dan gejala komplikasi. (Udjianti, 2011)
C.
Rencana
Asuhan Keperawatan
No
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
RENCANA
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
1.
2.
|
Risiko
tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan konduksi elektrik miokard, penurunan
kontraktilitas miokard.
Risiko
terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik berhubungan
dengan ketidakefektifan pengetahuan tentang program terapi, program
aktivitas, serta tanda dan gejala komplikasi.
|
Tujuan
Mempertahankan
curah jantung tetap adekuat, tidak berlanjut kepada munculnya tanda/gejala
dekompensasi.
Kriteria
hasil
1. frekuensi serangan disritmia berkurang.
2.
klien mampu toleransi terhadap
aktivitas.
3. klien tidak mengalami keluhan tanda dan
gejala gagal jantung.
Tujuan
Klien
memahami tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
Kriteria
hasil
1.
klien dapat menjelaskan pengertian, penyebab, dan faktor pencetus disritmia.
2.
Klien dapat menjelaskan manfaat pengobatan, efek terapi yang di harapkan, dan
efek samping obat.
3.
Klien dapat menjelaskan kembali tujuan dan alasan dilakukan prosedur
pemasangan pacemaker, dan mengkomunikasikan tanda kegagalan pacemaker jika
terpasang pacemaker.
|
-
Palpasi nadi (radial,
karotis, femoral, dorsum pedis), cacat
frekuensi per menit, keteraturan, dan amplitudo(
full or thready). Dokumentasikan adanya pulsus alternan,
denyut bigemini, atau defisit nadi.
-
Auskultasi bunyi jantung, cacat frekuensi per menit, irama. Cacat adanya ekstrasistole,
hilangnya denyut.
-
Monitor tanda vital, dan observasi keadekuatan perfusi jaringan. Laporkan
jika terjadi perubahan tekanan darah, denyut nadi, respirasi yang bermakna;
nilai dan cacat Mean Arterial pressure (MAP), tekanan nadi, perubahan warna atau suhu kulit,
tingkat kesadaran, dan produksi urin selama periode disritmia.
-
Tentukan jenis disritmia dan dokumentasikan melalui rhythm strip( pada alat
monitoring).
a.
Takikardi
b.
Bradikardi
c.
Atrial disritmia
d.
Ventrikular disritmia
e.
Heart block
-
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. Jelaskan alasan pembatasan
aktivitas selama fase akut.
-Ajarkan dan anjurkan melakukan teknik
manajemen stres (relaksasi,
latihan nafas dalam, dan imajinasi secara terbimbing).
-
Kaji lebih lanjut keluhan nyeri dada, dokumentasikan lokasinya, durasi,
intensitas, serta faktor yang dapat mengurangi atau memperparah keluhan.
Catat respons nonverbal nyeri; grimace wajah, menangis, perubahan tekanan
darah dan frekuensi denyut nadi.
-
Persiapkan peralatan dan obat-obatan resusitasi kardiopulmonar (sesuai indikasi).
-
Kolaborasi
a.
Monitor hasil studi laboratorium
·
Elektrolit
·
Level pemakaian obat kadar serum digitalis.
b.
Pemberian oksigen sesuai indikasi.
c
Pemberian suplemen kalium potasium sesuai indikasi dan hasil elektrolit
serum.
-
Review fungsi normal jantung dan konduksi elektrik jantung dengan bahasa yang
mudah dipahami klien
-
Beri penjelasan tentang gangguan irama jantung tertentu, dan penentuan terapi
kepada klien dan keluarganya.
-
Identifikasi efek lanjut atau komplikasi dari disritmia tertentu seperti
fatigue kelemahan, edema, vertigo, dan perubahan status mental.
-
Berikan dan dokumentasikan pembelajaran pengobatan klien mengenai mengapa
obat diberikan, apa yang harus dilakukan jika lupa terhadap dosis obat, efek
samping atau kemungkinan reaksi lanjut/interaksi dengan obat lain, alkohol
atau tembakau, dan apabila harus melaporkannya ke dokter.
-
Anjurkan melakukan latihan secara teratur dan hindari aktivitas berlebihan.
-
Tinjau kembali diet individual mengenai pembatasan kalium dan kafein.
-
Berikan informasi tertulis agar dibawa pulang dan digunakan bila kondisi
klien berubah.
-
Ajarkan dan demonstrasikan teknik mengukur nadi sendiri. Ajarkan kepada
klien/keluarga untuk melakukan dan mencacat nadi sebelum minum obat atau
latihan dan mengenali tanda dan gejala yang memerlukan tin
|
DAFTAR PUSTAKA
(n.d.). Retrieved from http://bangeud.blogspot.co.id/2011/01/pola-fungsional-gordon-nanda-nic-noc.html.
(n.d.).
http://www.heartrhythmcharity.org.uk/www/235/0/Care_pathways/.
Campbell, N. A. (2006). Biology : concepts &
connections (5th ed. ed.). San Francisco: Pearson/Benjamin Cummings.
Doenges, M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa
I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta: EGC.
http://www.heartrhythmcharity.org.uk/www/235/0/Care_pathways/.
(n.d.).
Price, S. A. (1994). Patofisiologi : konsep klinis
proses-prosespenyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed.
4. Jakarta: EGC.
Shadily. (2014). Hassan Ensiklopedia Indonesia.
Trsnohadi, H. B. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Udjianti, W. J. (2011). keperawatan Kardiovaskular.
Jakarta: Salemba Medika.






0 komentar:
Posting Komentar